SETIAP MALAM, BAYANGAN ITU BERKELEBAT CEPAT…
Siapa yang mau bila setiap malam
diganggu oleh bayangan. Apalagi bayangan itu muncul di rumah sendiri,
berkelebat dengan cepat dari dapur ke kamar tengah, tempat dimana setiap malam
aku gunakan untuk menulis naskah. Sungguh aku tak percaya, di rumah yang
berdiri di kampung yang besar dan sangat ramai, dari depan dan belakang, dari
samping kiri dan kanan diapit oleh rumah-rumah tetangga, masih muncul bayangan
seperti itu.
Bayangan itu
pertama kali muncul beberapa minggu setelah aku pindah ke rumah itu. Namun aku
mengira itu hanya bayangan lampu mobil atau motor yang kebetulan lewat depan
rumah. Semakin lama, bayangan itu sering muncul. Bukan hanya sekali, tapi
berkali-kali setiap malam. Dari situlah, aku anggap bahwa itu bukan bayangan
sembarangan. Dalam hati aku bertanya, bayangan apa sebenarnya, selama hidup
baru kali ini aku melihatnya..
Mulanya aku
takut sekali. Setiap bayangan itu muncul, tanpa pikir lagi aku matikan
komputer, langsung tidur di kamar depan, dengan pintu tertutup. Namun semakin
lama menjadi terbiasa, hingga aku mulai tidak takut lagi. Apalagi saat itu, aku
dikejar-kejar target, dalam beberapa hari naskah itu harus diserahkan ke
penerbit. Biarlah, dia dengan kehidupannya dan aku dengan kehidupanku. Asal
tidak mengganggu anak dan istriku.Rupanya harapan itu kandas. Suatu malam,
setelah lebih dari setahun, aku ke kamar mandi. Dari kamar depan ke kamar mandi
harus melewati kamar tengah dan dapur. Saat aku kembali, istriku nanya, ayah
yang barusan masuk ke kamar tengah. Wah, mahluk itu sudah mulai ganggu istriku,
pikirku. Ini gawat. Betul, aku jawab. Maksudku agar istriku tidak
mengetahuinya. Rasa takutku mulai muncul lagi. Aku tak meneruskan pekerjaanku,
langsung tidur.
Rasa takutku
kini semakin bertambah, jangan-jangan mahluk itu nantinya akan mengganggu
anak-anakku. Selain gawat tapi juga bahaya. Karena itu aku harus mencari jalan.
Akhirnya aku kembali mendatangi pemimpin pesantren yang dulu pernah mengobati
anakku. Setelah aku ceritakan, dia mengambil air minum yang aku bawa, dan masuk
ke dalam rumah. Tak lama, dia sudah menyerahkan botol itu. Insyaallah mahluk
itu, katanya.
Tiba di rumah,
kebetulan istriku tidak ada, sedang ke rumah adiknya. Sesuai saran pemimpin
pesantren, air itu aku ciprat-cipratkan ke beberapa bagian dalam rumahku,
terutama kamar tengah dan dapur. Istriku bertanya, kenapa di rumah becek. Agar
rumah ini bisa dimiliki, jawabku. Soalnya waktu itu masih berstatus gadai, kini
sudah resmi milikku dan bersertifikat. Aku lega, bayangan itu hilang. Pernah
sekali muncul lagi, tapi setelah meminta air dari pesantren itu, bayangan itu
lenyap, hingga sekarang.
Sumber : Provoke Magazine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar